File: Hutan Mangrove di Demak
Category: editorial October 21, 2019. Credit: DONNY FERNANDODESCRIPTION (EN)
Forty-six-year-old Mat Sairi from Timbulsloko village in Demak regency has been worried for the last several years that one day he will lose his fish pond due to massive coastal erosion that had been consuming the village inch by inch for the last 20 years. While erosion is a natural phenomenon occurring in coastal areas, the phenomenon has been getting worse in Demak due to, among others, unsustainable land use as residents cut mangrove trees that serve as the beach’s natural protection against seawaves and land reclamation in the neighboring city of Semarang. Timbulsloko is among villages in Demak’s northern coast hit by the massive erosion over the last decade. A data from the Maritime Affairs and Fisheries Ministry recorded the regency had lost around 550 hectares of coastal land in the past 15 years. Meanwhile, it only regained 179 ha from the natural process. -JP/ Kharishar Kahfi/Adi/19
DESCRIPTION (ID)
Mat Sairi yang berusia empat puluh enam tahun dari desa Timbulsloko di Kabupaten Demak telah khawatir selama beberapa tahun terakhir bahwa suatu hari ia akan kehilangan kolam ikannya karena erosi pantai besar-besaran yang telah menghabiskan desa inci demi inci selama 20 tahun terakhir. tahun. Sementara erosi adalah fenomena alam yang terjadi di daerah pantai, fenomena ini semakin memburuk di Demak karena, antara lain, penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan karena penduduk menebang pohon bakau yang berfungsi sebagai perlindungan alami pantai terhadap laut dan reklamasi lahan di kota tetangga. Semarang. Timbulsloko adalah salah satu desa di pantai utara Demak yang dilanda erosi besar-besaran selama dekade terakhir. Sebuah data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa kabupaten tersebut telah kehilangan sekitar 550 hektar lahan pantai dalam 15 tahun terakhir. Sementara itu, hanya memperoleh kembali 179 ha dari proses alami. -JP / Kharishar Kahfi / Adi / 19